- Dusun Sidowayah
- Dusun Jenggrik
- Dusun Jarakan
- Dusun Watukaras
- Dusun Tumang
- Dusun Blembem
- Dusun Ngarengan
Konon menurut sejarah desa “Jenggrik” telah berdiri sejak zaman klangsiran Belanda. Desa Jenggrik diambil/diangkat dari sebuah peristiwa sebagai berikut:
Sejak zaman dulu kala disitu terdapatlah sumber air yang menjadi kebutuhan pokok orang-orang disekitarnya. Setiap ada kerbau yang lewat pasti akan berhenti dan masuk kelumpur, yang sebenarnya tidak begitu dalam. Sekalipun beramai-ramai ditarik diangkat dan sebagainya, namun kerbau tersebut tetap “JEGREG” dengan matanya berkedip-kedip (plirak-plirik).
Dengan adanya kata-kata “JEGREG” dan “PLIRAK-PLIRIK” itulah akhirnya muncul istilah “JENGGRIK”.
Tempat dimana sumber mata air itu berada sampai sekarang masih dianggap keramat dan setiap tahun sekali dipergunakan tempat Upacara Bersih Desa.
Sekitar tahun 1970 dilokasi itu pernah ditemukan fosil kepala kerbau, namun sayang karena tidak bermanfaat dibuang begitu saja.
Para Kepala Desa Jenggrik semenjak berdirinya Desa Jenggrik adalah sebagai berikut :
- Wongso Sentiko (1901-1920)
- Sastro Miharjo (1921-1950)
- Sastro Pawiro (1951-1977)
- Budi Santoso (1978-1986)
- Suratno (1987-1995)
- Susilo (1996-1997)- PJ
- Wiwik Hariyanti (1998-2006)
- Hj. Wiwik Hariyanti (2007-2013)
- H. Suparni (2013-2019)
- H. Suaprni (2019-Sekarang)